Selasa, 06 November 2012

Pelangi di Malam Hari (?)

Masih ada pelangi di malam hari. Dia tak tampak, tapi dia indah -Claudia Veronica

 Aku si penikmat langit dan segala keindahan jagad raya, terkungkung dalam suatu bilirubin yang memisahkanku dengan orang-orang istimewa yang ada di kehidupanku. Aku si penikmat langit, harus rela menerima segala bentuk keajaiban yang diberikan sang Maha Pencipta kepadaku. Aku si penikmat langit, menggantung tinggi harapanku untuk... untuk melihat langit lain yang lebih indah... hanya karena... terpaku pada sosokmu.

Kedengarannya gila. Mencintai atau mungkin lebih tepat jika dikatakan memaksa diri untuk mencintai sesuatu yang tidak pasti. Memaksa diri untuk mencintai sesuatu yang kadang terdengar cukup, aneh. Mencintai apa? Mencintai sesuatu yang hanya datang karena sesuatu yang lain. Pelangi. Ya, keajaiban langit yang sungguh indah itu tak mampu membohongiku. Aku mencintai pelangi.

Aku si penikmat malam mencintai pelangi? Maaf. Maksudku, apakah tidak terdengar bodoh? Si penikmat malam yang mencintai pelangi. Malam dan pelangi, adakah?

Jika kau pikirkan tentang itu, kau tidak akan temui jawaban tentang keajaiban cinta. Sesuatu yang tidak pernah diketahui kapan datang, kapan pergi. Namun aku, si penikmat malam. Aku akan mencintai pelangi dengan caraku sendiri. Cara apa? Mencintainya dari sudut mataku. Mencintainya melalui daya khayalku. Atau mungkin mencintainya melalui indra perasa ku? Entahlah, yang jelas aku harus mencintainya. Maksudku, memaksa diri untuk mencintainya. Walaupun sakit, aku akan tetap mencintainya.

Mencintai pelangi di malam hari, seperti aku mencintaimu di tidur malamku